MARTUNIS, bocah asal Tibang, Kecamatan Syiah Kuala, Kota Banda Aceh seketika menghentak pandangan dunia. Bukan saja karena dia selamat dari amukan tsunami yang melanda Aceh 26 Desember lalu, tapi karena bencana itu sendiri membawa berkah bocah berusia 7,5 tahun ini.

    Kenapa? Gara-gara kebiasaannya mengenakan kostum sepakbola milik salah satu negara di Eropa.

    Begini ceritanya. Martunis, anak kedua pasangan Sarbini dan Salwa adalah satu dari sekian banyak anak-anak di Serambi Makkah yang selamat dari amukan tsunami. Saat ditemukan, bocah berkulit hitam ini sedang mengenakan kostum tim nasional Portugal yang kondang dengan warna merah marun dan hijau itu. Sementara yang menyelamatkannya adalah kru sebuah stasiun televisi Inggris yang langsung menyiarkan kisahnya.

    Berita itu lalu disiarkan di seantero Eropa. Maka dalam waktu sekejap saja, Martunis telah meraih simpati seluruh daratan Eropa, terutama Portugal. Akibatnya, sejumlah pemain sepakbola tenar asal negara yang pernah menjajah Malaka dan Maluku itu, ingin membantu siswa SD 81 Tibang ini.

    Tak tanggung-tanggung, sejumlah situs olahraga di negeri ini dan di Eropa ramai-ramai menurunkan berita tersebut. Sehingga Martunis menjadi buah bibir di Portugal.

    Banyak media asing terus memburu bocah “beruntung” ini. Sampai-sampai dia “dikejar” ke kampung neneknya. Sebelumnya, sempat beredar kabar dia kabur ke sebuah kamp penampungan pengungsi.

    Setelah dilacak, ternyata bocah yang hobi sepakbola ini “sembunyi” di rumah neneknya di Lamreng, Ulee Kareng, Banda Aceh atau sekitar 2 km sebelah selatan Kampus Universitas Syiah Kuala. Lamreng sendiri tak jauh dari Lamnyong, kawasan perdagangan yang juga ikut porak-poranda.

    Untuk mencapai Lamreng, bisa melalui Lamnyong dan lewat Simpang Tujuh Ulee Kareng, atau melalui jalan-jalan tikus lainnya. Tapi lokasi ini kini ramai dikunjungi wartawan asing untuk membuat profil Martunis.

    Fenomena Martunis lantas mengalahkan cerita ratusan pengungsi lain yang menempati sebuah masjid yang tak jauh dari rumah nenek Martunis.

    “Dia memang sejak kecil sudah suka memakai baju sepakbola,” ujar Sarbini (35) sang ayah yang mendampingi Martunis membuka cerita kepada sejumlah wartawan termasuk acehkita, Kamis (20/1) petang.

    Menurut pria yang berprofesi sebagai nelayan ini, buah hatinya yang biasa disapa Tunis ini memang gandrung sepakbola. Karena itu, Tunis minta ayahnya membeli baju replika timnas Portugal pada Euro 2004 lalu.

    Permintaan itu bukan karena Portugal jagoan hebat. Tapi memang dia penggemar berat Rui Costa. “Setiap beli baju dia selalu minta nomor punggung 10. Kalau yang lain tak mau,” sambung pria berkumis tebal itu.

    Sarbini sendiri dengan Rp 25.000 lalu menghadiahi baju tersebut lengkap dengan celananya. Saat terjadinya gempa yang disusul tsunami di hari Minggu pagi, rencananya Martunis ingin bermain sepakbola dengan bocah seusianya di lapangan sepakbola kampungnya.

    Pada hari kejadian, Sarbini sedang tidak berada di rumah. Menurut Martunis, saat gelombang tsunami muncul, dia, kakak, adik serta mamanya, menumpang mobil pick up milik tetangga.

    Namun mobil itu tidak selamat dari gulungan gelombang tsunami dan akhirnya tenggelam. Martunis sendiri entah bagaimana ceritanya bisa muncul di permukaan air meski dia tidak bisa berenang.

    Sebelum Tunis berpisah dengan kakak dan adik serta bundanya untuk selamanya, Tunis mengaku sempat menarik lengan adiknya yang minta tolong. Namun apa daya, tangan mungilnya kalah dengan arus tsunami itu. Adiknya terus diseret arus. Tunis dengan meraih sepotong kayu, lalu mengapung-apung.

    Saat sebuah kasur yang mengambang melintas di dekatnya, Martunis pun berpikir untuk pindah ke kasur yang lebih lebar itu. Namun kasur kapuk itupun akhirnya tenggelam dan Martunis memanjat batang pohon bangka untuk bertahan hidup.

    Hanya mukjizat yang membuat Tunis selamat saat dia kembali diseret arus balik tsunami dan mendamparkannya di kawasan rawa-rawa tak jauh dari Makam Ulama Aceh, Tgk Syiah Kuala, di Desa Deah Glumpang, kecamatan yang sama.

    Martunis mengaku sempat 19 hari bertahan di rawa-rawa. Waktu yang mengejutkan bagi seorang manusia untuk bertahan hidup tanpa makanan dan minuman yang memadai, apalagi bagi seorang anak kecil seperti Martunis.

    Namun apa yang tak mungkin jika Tuhan menghendaki. Dengan mengandalkan mi instan kering dan air mineral yang terapung di sekitarnya, ia bertahan sampai akhirnya ditemukan oleh penduduk di pantai Kuala, pada 15 Januari 2005 lalu.

    Selanjutnya, ia diserahkan pada awak televisi Inggris yang sedang meliput di sekitar tempat itu. Gambar Martunis pun beredar di stasiun televisi asing sebagai salah satu korban tsunami yang selamat dengan keajaiban: 19 hari bertahan.

    Anak kedua Sarbini dan Salwa ini mengaku melihat banyak mayat yang mengapung di sekitarnya selama terombang-ambing di rawa-rawa. Tapi dia tak mendapati mayat ibu, adik dan kakaknya.

    Setelah ditemukan, Martunis kemudian dibawa ke Rumah Sakit Fakinah untuk mendapatkan perawatan karena ia mengalami dehidrasi (kekurangan cairan) dan kurang makanan. “Saat dikasih makan, dia makannya sangat lahap dan cepat, sehingga awak televisi Inggris tersenyum-senyum,” cerita ayahnya.

    Namun demikian, Martunis hanya mengalami luka kecil akibat terkena kayu di perutnya. Selain itu, kulitnya mengelupas karena terus-terusan berada di laut siang dan malam. "Kalau terik matahari saya panas tak ada tempat berlindung," katanya mengenang kejadian itu.

    Setelah memperoleh perawatan di rumah sakit, Martunis dijemput ayahnya. “Saya dengar dari orang ada anak kecil yang ditemukan. Makanya saya datang ke sana,” ujar Sarbini.

    Di Lamreng, Sarbini tinggal di rumah rumah ibunya, Jauhari. Sementara ibu, kakak dan adiknya belum ditemukan hingga saat ini.

    Mungkin cerita Martunis tak akan “seseru” sekarang, andai dia ditemukan tanpa kostum timnas Portugal bernomor punggung 10 yang biasa dipakai Ruis Costa.

    Kaos yang dibelikan ayahnya saat Piala Eropa itu telah menarik simpati pejabat sepakbola dan pemain nasional Portugal seperti Cristiano Ronaldo, Luis Figo, Nuno Gomes, Gilberto Madail, serta Luiz Felipe Scolari.

    Karena ketertarikan itu, Martunis memperoleh tawaran pertama dari bintang muda Manchester United, Christiano Ronaldo, yang juga anggota tim nasional Portugal, untuk menginap di rumah Ronaldo di Inggris guna menyaksikan pertandingan klub elite Liga Premier tersebut.

    Bintang tim nasional Portugal Luis Figo juga telah menyatakan keinginannya untuk membantu Martunis, meskipun belum jelas bentuk bantuan itu dan kapan tepatnya akan diserahkan. Sementara itu, pelatih Luiz Felipe Scolari juga berniat untuk membelikan anak itu sebidang tanah di Indonesia.


Top