Antara IPL, ISL dan Persiraja



SPANDUK 'Welcome ISL" yang dipasang pendukung Persiraja Banda Aceh di tribun utara Stadion H Dimurthala raib. Sebelumnya, spanduk yang sudah dipasang dalam dua bulan terakhir selalu setia 'menemani' latihan rutin Andria dan kolega.

Sama seperti setianya para Skullers--sebutan untuk Suporter Kutaraja Untuk Lantak Laju (Skull) Persiraja. Mereka jugalah yang acap memompa semangat pemain ketika bertanding. Tujuan cuma satu menapak di kasta elite sepakbola tanah air.

Memang, semua pemain berharap bisa tampil dikasta tertinggi sepakbola tanah air --ketika itu---bernama Indonesian Super League (ISL). Promosi ke kasta tertinggi adalah prestasi.

Ini menjadi petanda juga melejitnya karier seorang pemain bersama klub. Di tambah isi spanduk, menjadi pemantik motivasi untuk menggapai prestasi lebih tinggi. Dia seakan-akan mampu menyuntik adrenalin skuad Laskar Rencong.

Terbukti, mereka lolos ke ISL secara jantan sebagai runner-up Divisi Utama Liga Indonesia musim 2011-2012. Di posisi pertama tentu saja Persiba Bantul yang sukses tampil sebagai champione.

Kerja keras dan perjuangan sudah dibuktikan Abdul Musawir dkk sepanjang satu musim silam. Namun, kala angin reformasi di tubuh Persatuan Sepakbola Seluruh Indonesia (PSSI) menerjang, kompetisi yang digulirkan pun sempat berhenti.

Lalu, nama kompetisi pun berganti; dari ISL ke IPL (Indonesian Premier League). "Kami tak masalah main di kompetisi dengan nama apapun, yang penting legal," pungkas el capiten Laskar Rencong, Abdul Musawir. "Apapun namanya, ini sepakbola kasta tertinggi di Indonesia, kami sudah ada di sana."

ISL masih dianggap sebagai kompetisi yang sah sesuai hasil kongres di Bali, dan dikelola oleh PT Liga Indonesia (LI). Kini terjadi dualisme kompetisi. Hal ini bermula dari keputusan PSSI mengalihkan pengelolaan liga dari PT Liga Indonesia (PT LI) ke PT Liga Prima Indonesia Sportindo (PT LPIS).

Sedangkan Ketua Umum PSSI Djohar Arifin Husin kembali menegaskan, PSSI hanya mengakui Indonesian Premier League (IPL) sebagai kompetisi yang sah. Kompetisi di luar PSSI, seperti Indonesian Super League (ISL), adalah kompetisi yang ilegal.

Para pendukung tim juga memberi komentar yang nyaris sama. "Saya rasa Persiraja sudah memilih kompetisi yang tepat dan legal," ungkap Aziz, seorang tifosi Lantak Laju di Banda Aceh.

Begitu pula dengan para suporter di jejaring sosial juga ikut mendukung. "Mau ISL kek, mau IPL kek.....yang jelas dimana pun Persiraja main dan siapapun lawan-lawannya nanti yang penting kami ingin Persiraja dan sepakbola Indonesia maju," ulas Taufik.

Lantas tersiar kabar, dukungan fans Persiraja pada musim ini diperkirakan akan sedikit berkurang. Penyebabnya tak lain karena faktor klub berkompetisi di IPL.
Bahkan, di kalangan Skullers terjadi perdebatan soal penampilan Persiraja di ajang ini.

Kehadiran dua kompetisi kasta tertinggi di Indonesia, yaitu IPL dan ISL, membuat suporter setia Persiraja bak dipersimpangan jalan. Meski pada prinsipnya, Skull siap memberi dukungan untuk Yufha Andika dkk.

Ini terbukti pada debut di IPL, akhir pekan kemarin. Para Skullers tetap mendukung penuh Persiraja Banda Aceh meskipun terjadi konflik di tubuh PSSI dengan munculnya dua kompetisi level tertinggi.

"Terserah mau di IPL, ISL, bahkan pertandingan tarkam sekalipun, kami merasa berkewajiban mendukung Persiraja. Kehadiran kami murni karena kecintaan pada tim ini," tukas Ketua Skull Teuku Iqbal Djohan.

Menurut Iqbal, punca masalah itu ada di PSSI pusat, bukan di klub dan suporternya.
"Jangan gara-gara perpecahan di PSSI merembet ke pengurus dan suporter klub," keluhnya.

Terkait itu, Iqbal menyarankan semua klub untuk duduk bersama mencari solusi menyikapi dualisme kompetisi itu. Pasalnya, Laskar Rencong tak pernah bermimpi bertarung di IPL.

Pasalnya, musim lalu, Persiraja sukses promosi ke kasta elite Liga Super usai tampil sebagai runner-up Divisi Utama Liga Indonesia. Namun musim ini, Persiraja tampil di IPL, kompetisi resmi yang digelar PSSI.

Akibat kisruh di tubuh PSSI, semua mimpi skuller untuk menyaksikan tim elite Indonesia tampil di Aceh menjadi buyar. Dia antara dualiasme kompetisi itu, Skull tak pernah mendorong Persiraja berkompetisi di IPL, atau pun mendesak pengurus Persiraja untuk ikut ISL.

Memang ironi, berjuang merebut tiket ke ISL, Persiraja malah bermain di IPL. Tapi memang begitulah kompetisi negeri ini, sehingga spanduk "Welcome IPL" dianggap tak begitu perlu.
[tulisan ini sudah Waspada, Selasa 29/11/2011]



-->


 


1 comment:

walidin said...

wah semakin seru aja ya gan sepak bola indonesia. kiprahnya semakin bagus.


Top