Pesan Moral Rumah Tanpa Jendela

aceh
RATUSAN pelajar di Banda Aceh mendapat kesempatan menyaksikan Film Rumah Tanpa Jendela. Mereka juga berdiskusi langsung dengan sutradaranya. Film bergenre drama musikal ini mengangkat kisah tentang kehidupan anak jalanan.

"Rumah Tanpa Jendela" yang disutradarai Aditya Gumay dirilis pada 24 Februari lalu. Film ini diangkat dari cerita pendek karya Asma Nadia berjudul Jendela Rara. Film ini dibintangi Raffi Ahmad dan Yuni Shara.

Pemutaran dan Diskusi Film tersebut digelar Balai Pelestarian Sejarah dan Nilai Tradisional Banda Aceh ini berlangsung di Gedung Sultan Selim II, Kamis (10/11). "Film ini sangat ringan dan penuh pesan moral," kata sang sutradara Aditya Gumay kepada Waspada, kemarin di Banda Aceh.

Kata dia, "Rumah Tanpa Jendela" memotret fenomena sosial nasib tragis anak–anak jalanan yang kurang kasih sayang dan perhatian orang tua sehingga anak berusaha untuk menemukan jati diri dan kehidupannya melawan kerasnya kehidupan di jalanan.

Aditya menjelaskan, setting dan pengambilan gambar dilakukan di daerah Jembatan Merah yang merupakan tempat kumuh dengan populasi anak jalanan terbanyak didaerah tersebut.

Kata Aditya, Banda Aceh adalah kota ke-11 di Indonesia yang melakukan pemutaran film "Rumah Tanpa Jendela". Kecuali itu, film tersebut juga sudah diputar di Hongkong dan Melbroune, Australia.

"Pelajar Australia sangat antusias sekali. Beberapa di antara mereka, katanya, jika sudah selesai pendidikan ingin berkunjung ke daerah kumuh tersebut untuk mengajarkan bahasa Inggris," kata pria kelahiran Jambi, 4 Oktober 1966.

"Rumah Tanpa Jendela", digarap cuma 10 bulan, ini berbeda dengan film-film sejenis yang penggarapannya bisa sampai bertahun-tahun. Meski sesingkat itu, akurasi pemeranan cukup detil digarap, terlebih harus memanfaatkan anak-anak sanggar yang dipimpin Aditya sendiri.

"Saya berharap kondisi dengan banyaknya film ber-genre horor komedi seks yang  ada di tengah-tengah kita, akan sedikit berkurang, dengan film anak-anak seperti ini," katanya.

Sementara, Kepala BPSNT, Djuniat kepada Waspada menyebutkan, film yang mengetengahkan tema sosial secara ringan dan menyenangkan. "Film ini mengandung pesan moral yang sangat sederhana namun perlu ditanamakan kepada generasi muda," ujar dia.

Pada sisi lain, dia menyebutkan, lewat film tersebut, BPSNT menjadikannya sebagai salah satu upaya untuk menjawab isu degradasi moral anak bangsa. "Kita bisa memanfaatkan ini sebagai media informatif dan pendidikan," kata dia.

Dia berharap, agar kegiatan tersebut mampu membuka wawasan bahwa, filam tidak selamanya memuat pesan miring dan negatif. "Film juga dapat dijadikan media untuk menanamkan pemahaman nilai-nilai moral, budi pekerti kepada generasi muda," sebut Djuniat. [a]

Foto: kompasiana



Top