Apa Lambak Boco Haloeh


"HAI Apa Lambak, ho ka treb hana deueh-deueh, --hai, Apa Lambak kemana saja sudah lama tidak kelihatan," begitulah sapaan seorang perempuan kepada pelawak Aceh ini. Baru sekejap menginjak kaki di depan Kantor Perwakilan Waspada, pada Jumat (22/2) malam, pria hitam manis ini langsung disapa penggemarnya.

Memang, sudah lama pria berdarah biru yang lahir dengan nama Teuku Muhktaruddin Fatani ini menghilang bak ditelan bumi. Selama ini dia kerap menyapa publik Aceh dengan komedi-komedinya yang sarat kritik. Dua tahun belakangan, selebriti lokal ini memang lenyap dalam blantika musik Aceh.

Wajahnya memang jamak diingat warga tanah rencong. Nama juga cukup populis, sehingga tak mengherankan ketika mereka yang kenal dia langsung memanggilnya, "hei, Apa Lambak, peuhaba?" Sapaan itu, disambutnya bak sahabat.

"Hana ku jak sahoe,--tidak ke mana-mana, ada di dalam nanggroe," jawab Apa Lambak ketika bincang-bincang dengan Waspada selepas senja. "Paling mengisi konser dan lawak di daerah dalam beberapa even."

Kesibukan lain, pimpinan Lambak Komedi yang didaulat pada 1991 ini adalah menggubah lagu. "Itu sudah pasti," Bukan cuma sebatas itu, belakangan lewat Lambak Record, pria kelahiran 1 Februari 1964 ini juga sedang merilis komedi Aceh. "Sama seperti yang sudah-sudah, bentuknya dalam Compact Disk," ujar ayah empat anak ini.

Pelantun lagu 'Pak Keusyik' ini, kabarnya dalam waktu dekat akan segera meluncurkan album komedi Aceh voleume 11 yang berjudul, Apa Lambak Boco Haloeh. "Isi masih seputar hiburan dan kritikan," tukasnya.

Bicara soal album komedi barunya, Lambak yang memulai rekaman perdana pada 1999 itu, mengatakan tidak jauh dari format semula yakni penuh kritik. "Protes penggemar menjadi cambuk bagi saya untuk mengubah cerita dan kata pada setiap episodenya," sebut dia.

Diakuinya, terkadang dalam membawa lawakannya, terselip beberapa kata-kata sarkasme. Lambak pun tidak membantah itu. "Zaman sekarang mengajak orang berubah dengan baik-baik bukan masanya lagi. Mengkritik dengan baik-baik sudah tak laku lagi. Dengan sedikit keras dan kasar mungkin saja membuat kupingnya bisa merah," tukas dia.

Kata dia, ketika daya kritik itu tidak cukup dengan bahasa halus, maka dia akan sedikit kasar. "Kajuwiet, ta koh han luet, ta puta pih han ek tawiet," ungkap dia yang mengibaratkan liatnya persoalan yang dihadapi.

Begitu pun, lanjut dia, untuk mengakomodir aspirasi penggemarnya, seni Apa Lambak akan berubah seiring berjalannya waktu. Dia mengaku tetap memperhatikan sisi edukasi dalam memberi hiburan bagi warga Serambi Mekkah.

Gaya melawak pria yang pernah duet dengan Apa Gense ini memang beda dengan komedian lain yang tenar di Aceh. Lambak punya tren sendiri dalam mengocok perut penggemarnya, yakni kritikan. Kritikan itu bukan cuma di serial komedi saja, namun di dalam lagu-lagu yang didendangkan pun begitu.

Melucu dan melagu sudah lama ditekuni produser sekaligus sutradara Lambak Record ini. "Melihat mimik dan cara dia berbicara saja, sudah membuat kita tertawa. Orangnya memang lucu," ujar Amir, warga Lampaseh.

Makanya, timpal Lambak, jangan tertawa sendiri nanti bisa dianggap orang boco haloeh (bocor halus). "Biarlah Apa Lambak saja yang boco haloeh," ujar pria kelahiran Jungka Gajah Aceh Utara ini.


No comments:


Top