“Saya terharu sekali melihat foto-foto ini,” ujar seorang pelajar SMA 8 Banda Aceh. Tak salah, karena dia sudah melihat 54 karya terbaik jurnalis foto Aceh tentang musibah tsunami yang dipamerkan di Museum Negeri Aceh.

    Lain lagi dengan Wakil Ketua DPRD NAD, Raihan Iskandar Lc, yang menulis, “Semoga menjadi pelajaran bagi para penglihat.” Itulah goresan Ketua DPW Partai Keadilan Sejahtera ini ketika membubuhkan komentarnya di sebuah foto yang disiapkan panitia.

    Sedangkan pengunjung yang lain menulis dibuku tamu. Banyak di antara mereka yang kagum dan bahkan tak kuasa menatap lama-lama hasil jepretan para wartawan dan jurnalis ini.

    Memang foto-foto 26 wartawan dan fotografer Aceh itu menyita animo warga. Mereka yang singgah ke situ ada dari berbagai elemen. Siswa, mahasiswa, pegawai negeri, petani, pejabat tinggi, nelayan, warga korban tsunami dan NGO-NGO asing.

    Pameran foto yang digagas Pewarta Foto Aceh ini mengusung tema “Jalan Panjang 2.880 jam Tragedi Luka Aceh” Duka 26 Desember lalu itu dipotret para jurnalis yang juga menjadi korban dalam musibah dahsyat tersebut.

    “Demi panggilan hati nurani untuk menghadirkan yang terbaik bagi masyarakat, adakalanya sanak keluarga kami yang jadi korban terlupa sesaat,” ungkap Imran Joni, Ketua PFA kepada Waspada, kemarin.

    Harus diakui, kata Joni, kepiluan itu bukan milik orang yang jadi korban saja. Para jurnalis juga merasakan itu, meski ia terlihat tegar untuk tetap menghadirkan informasi yang terbaik pada pembacanya.

    Terkadang, lanjut dia, rasa kemanusiaan mereka terlihat seolah-olah sudah hilang, hanya demi sebuah karya terbaik. “Namun dibalik itu, kehadiran pameran foto ini kami harapkan dapat menjadi jawaban tentang kepedulian kami atas kepedihan masyarakat tanah rencong,” papar Joni.

    Selain bentuk kepedulian yang dipersembahkan lewat karya nyata melalui bidikan kamera, foto-foto itu akan dijual bagi peminat seni dan publik. “Sebagian dananya akan kami sumbangkan kepada para korban bencana gempa dan tsunami di Aceh,” kata Joni yang diamini Ketua Panitia, Iranda Novandi.

    Pameran foto yang baru sehari berlangsung itu, banyak meninggalkan duka, terutama keluarga korban. Karenanya tak heran, jika ada sejumlah pengunjung seketika histeris, berurai air mata. Mereka seakan-akan bilang tak kuat menyaksikan itu.

    Bukan saja tak kuasa, sepatah kata pun rasanya enggan mereka nukilkan. Apalagi ketika melihat sebuah goresan menganga di lengan kiri seorang wanita yang sedang ditolong seorang pria melalui seuntas tali. Malang, keduanya tidak selamat, setelah 2.880 jam tragedi itu berlalu.


Top