Geunta Raya Untuk Warga Dunia
RASANYA tak salah jika Gubernur Aceh Irwandi Yusuf menyebutkan Pekan Kebudayaan Aceh (PKA) V ini berbeda. Kecuali dari unsur teknis dan nuansa yang membalutnya, tetapi ada aura lain yang mengamini komentar orang nomor satu di tanah rencong. Mau tahu?
Kemeriahan PKA V akan terasa ketika pertunjukan tarian massal tampil hari ini, 5 Agustus. Saat itulah di hadapan Kepala Negara tarian massal yang dibungkus dalam judul Geunta Raya akan tampil. Yang menarik dari tari ini adalah memperlihatkan keberagaman kesenian di Aceh.
Koreografer tarian massal Geunta Raya, Murtala kepada Waspada, Selasa (4/8) menjelaskan, tarian tersebut nantinya akan menampilkan 40 penari Saman, 160 pemusik Rapa’i Geleng, 14 penari Tari Guel dikolaborasikan dengan pembacaan puisi, 24 penari Seudati yang diperkuat Syeh Lah Geunta, serta 50 penari Tari Melayu.
Kata dia, pertunjukan itu juga menghadirkan orkestra Rapa’i Uroh serta 30 penari yang mengibarkan bendera negara-negara dunia. "Ini sebagai bentuk terima kasih kita kepada warga dunia atas bantuan, simpati dan empati mereka kepada Aceh selama ini," ujar pakar tari Aceh ini.
Murtala menjelaskan, Geunta Raya yang berarti gema yang besar itu ditanganinya bersama Kaka, juga seorang koreografer muda Aceh. Musik sendiri oleh Heri Sandy dkk. "Ini melukiskan kebangkitan seni dan budaya Aceh pasca konflik dan tsunami," urai alumnus STSI Padang Panjang ini.
Pria yang sedang menyelesaikan kuliah magister di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu menyebutkan Tarian Massal Geunta Raya ini dikemas dalam sebuah pertunjukkan berdurasi 20 menit. "PKA ini membuat berbeda dengan even sebelumnya. Karena PKA ini juga menjadi momen orang Aceh untuk berterima kasih kepada dunia," urai Murtala.
Dia menyebutkan untuk mendukung tarian tersebut, pihaknya melibatkan sejumlah sanggar yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Sanggar itu antara lain, Sanggar Cut Nyak Dhien, Buana, Nurul Alam, Chit Ka Geunta, Mahasiswa Aceh Barat Daya, Rampoe, Kepies Ijo, Keluarga Negeri Antara, Fakultas Hukum Unsyiah, Man Model, Cakra Mata dan mahasiswa FKIP Unsyiah.
PKA yang menghabiskan dana Rp4,5 miliar ini selain diikuti 23 kabupaten/kota, juga ikut dimeriahkan Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Yogjakarta dan Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. PKA ini juga ikut dihadiri Malaysia, China, Korea Selatan, Austria, Jerman, Perancis, Italia, Turki dan Portugal.
Even budaya lima tahunan ini akan berlangsung dari 2-11 Agustus nanti. Baru pada 5 Agustus besok, Presiden SBY akan membukanya di Stadion H Dimurthala, Lampineung. Kegiatan budaya yang dipertontonkan antara lain atraksi seni tradisional, permainan rakyat, gebyar seni, seminar budaya dan lain-lain.
Foto: imgbuddy.com
Kemeriahan PKA V akan terasa ketika pertunjukan tarian massal tampil hari ini, 5 Agustus. Saat itulah di hadapan Kepala Negara tarian massal yang dibungkus dalam judul Geunta Raya akan tampil. Yang menarik dari tari ini adalah memperlihatkan keberagaman kesenian di Aceh.
Koreografer tarian massal Geunta Raya, Murtala kepada Waspada, Selasa (4/8) menjelaskan, tarian tersebut nantinya akan menampilkan 40 penari Saman, 160 pemusik Rapa’i Geleng, 14 penari Tari Guel dikolaborasikan dengan pembacaan puisi, 24 penari Seudati yang diperkuat Syeh Lah Geunta, serta 50 penari Tari Melayu.
Kata dia, pertunjukan itu juga menghadirkan orkestra Rapa’i Uroh serta 30 penari yang mengibarkan bendera negara-negara dunia. "Ini sebagai bentuk terima kasih kita kepada warga dunia atas bantuan, simpati dan empati mereka kepada Aceh selama ini," ujar pakar tari Aceh ini.
Murtala menjelaskan, Geunta Raya yang berarti gema yang besar itu ditanganinya bersama Kaka, juga seorang koreografer muda Aceh. Musik sendiri oleh Heri Sandy dkk. "Ini melukiskan kebangkitan seni dan budaya Aceh pasca konflik dan tsunami," urai alumnus STSI Padang Panjang ini.
Pria yang sedang menyelesaikan kuliah magister di Institut Seni Indonesia (ISI) Surakarta itu menyebutkan Tarian Massal Geunta Raya ini dikemas dalam sebuah pertunjukkan berdurasi 20 menit. "PKA ini membuat berbeda dengan even sebelumnya. Karena PKA ini juga menjadi momen orang Aceh untuk berterima kasih kepada dunia," urai Murtala.
Dia menyebutkan untuk mendukung tarian tersebut, pihaknya melibatkan sejumlah sanggar yang ada di Banda Aceh dan Aceh Besar. Sanggar itu antara lain, Sanggar Cut Nyak Dhien, Buana, Nurul Alam, Chit Ka Geunta, Mahasiswa Aceh Barat Daya, Rampoe, Kepies Ijo, Keluarga Negeri Antara, Fakultas Hukum Unsyiah, Man Model, Cakra Mata dan mahasiswa FKIP Unsyiah.
PKA yang menghabiskan dana Rp4,5 miliar ini selain diikuti 23 kabupaten/kota, juga ikut dimeriahkan Sumatera Utara, Sumatera Selatan, Yogjakarta dan Jawa Tengah, Bali, Kalimantan Selatan dan Kalimantan Timur. PKA ini juga ikut dihadiri Malaysia, China, Korea Selatan, Austria, Jerman, Perancis, Italia, Turki dan Portugal.
Even budaya lima tahunan ini akan berlangsung dari 2-11 Agustus nanti. Baru pada 5 Agustus besok, Presiden SBY akan membukanya di Stadion H Dimurthala, Lampineung. Kegiatan budaya yang dipertontonkan antara lain atraksi seni tradisional, permainan rakyat, gebyar seni, seminar budaya dan lain-lain.
Foto: imgbuddy.com
Top 5 Popular of The Week
-
RATUSAN pelajar di Banda Aceh mendapat kesempatan menyaksikan Film Rumah Tanpa Jendela. Mereka juga berdiskusi langsung dengan sutradara...
-
BANJIR kembali menjadi momok menakutkan di Aceh. Kali ini wilayah Pesisir Barat Selatan. Dampaknya seperti sudah kita maklumi bersama. Ta...
-
SPANDUK 'Welcome ISL" yang dipasang pendukung Persiraja Banda Aceh di tribun utara Stadion H Dimurthala raib. Sebelumnya, spand...
-
"HAI Apa Lambak, ho ka treb hana deueh-deueh, --hai, Apa Lambak kemana saja sudah lama tidak kelihatan," begitulah sapaan seorang ...
-
ITU kuburan Belanda," tunjuk Zulkifli, seorang penarik becak mesin kepada dua turis penumpangnya pagi itu. Jumat pagi kemarin, cuaca t...
No comments:
Post a Comment