, , ,


    ANDREA adalah bek sayap impresif yang dimiliki Persiraja Banda Aceh saat ini. Untuk ukuran pemain bola, dia memang tidak berpostur Eropa. Tapi lihat saja aksinya saat berduel di lapangan hijau.

    Ketat dalam menjaga lawan, dan rajin membantu serangan. Itulah yang membuat lajang kelahiran 18 April 1984 ini selalu menjadi pilihan setiap pelatih yang menjadi juru taktik di Persiraja.


    Terbukti, meski kerap berganti pelatih, posisinya di sayap kiri selalu di bawah kawalannya. Meski dengan tinggi 162 cm, Andrea selalu bisa tampil spartan dalam membela klubnya. Terbukti, untuk sementara timnya meraup 15 poin dari lima kali pertandingan.

    Pengagum Roberto Carlos yang akrab disapa Ateng ini, amat menjiwai kariernya sebagai pengocek si kulit bundar. Pun begitu, menjadi aneh jika kemudian ada yang menanyakan koleksi golnya.

    "Pada intinya, semua pemain itu ingin mencetak gol setiap tampil. Meski tugas utama itu ada di pundak stiker," ujar sulung dari enam bersaudara putra pasangan Fakhri AR (57) dengan Puteri (50) ini.

    Momentum mencetak gol itu menjadi langka bagi Andrea. Pasalnya, karena posisinya sebagai pemain belakang. Jadi, tipis peluang untuk mengoyak jala lawan. Akan tetapi, begitu kans ada di depan mata, dia pun tak menyia-nyiakan momen bagus.

    Itulah yang terjadi di Stadion Narasinga Rengat, pada Senin (20/12) lalu. Saat timnya membabat Persires 3-1, Ateng menyumbang sebiji gol. "Saya sudah empat tahun lamanya menunggu gol ini," ujarnya sembari tersenyum.

    Ini mengingatkan kita pada aksi winger Manchester United, Patrick Evra. Bek sayap asal Perancis itu pun mengakui pandangan tersebut. Untuk mencari sebiji gol saja, dia harus menunggu tiga tahun lamanya.

    Sambil berseloroh, dia mengakui, mungkin ada siklus empat tahun sekali, sehingga pria 26 tahun ini mencetak gol lagi. "Hasrat saya, Insya Allah, ingin selalu tampil bagus dan memberi yang terbaik untuk tim," sebutnya.

    Ada satu yang disesalinya usai tampil di Rengat, yakni kartu kuning. Kibasan kartu itulah yang membuatnya, absen pada 3 Januari nanti saat timnya melawan Persipasi Bekasi di Stadion H Dimurthala, Banda Aceh.

    Sebab, pada laga perdana di Bengkulu, pemilik jersey nomor 3 ini juga mendapat kartu serupa, menariknya dari wasit yang sama. "Dua kali kartu dari wasit yang sama, mungkin dia dendam dengan saya," katanya sambil terkekeh.

    Kenangan di SUGBK

    Lazimnya pemain bola, begitu juga Andrea dalam menjalani karier sepakbolanya. Dia mengawali dari Sekolah Sepak Bola (SSB) Ban Timoh saat masih masih belia, yakni saat masih sekolah menengah pertama 1996.

    "Sepakbola itu sudah mendarah daging dalam hidupku sejak kecil," ujar putra Montasik, Aceh Besar ini. Darah bolanya mungkin saja mengalir dari sang ayah, yang juga pemain bola antar kampung.

    Dia delapan tahun belajar ilmu sepakbola di SBB Ban Timoh yang diasuh Darmawan AG--mantan pemain Persiraja 80-an. Dari situ dia, mulai memperkuat Persiraja Junior U-16 dan U-18. "Waktu itu main di Liga Bogasari," kenang Andrea.

    Debut profesionalnya di tim senior Persiraja dimulai penuh kenangan. Bagaimana tidak, dia langsung tampil di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) saat Laskar Rencong berduel dengan Persija Jakarta.

    Kala itu, Persiraja diasuh Sinyoe Aliandoe. Bermain dengan rekan senior semacam Tarmizi Rasyid, Irwansyah (alm), Dahlan Djalil Cs, tak membuat Andrea grogi dan salah.

    "Mental Andrea bagus, dia tidak demam panggung saat tampil perdana. Padahal mainnya di Gelora," ujar mantan pilar Persiraja, Tarmizi Rasyid, yang kini sudah gantung sepatu disepakbola profesional.

    Sejak itulah, namanya mewarnai sepakterjang Persiraja. Pada musim 2007-2008 dia ikut sang mentor yakni Anwar main di PSSB Bireuen dan PSAP Sigli.

    Dalam dua musim terakhir dia sudah tak berpindah ke lain hati. "Insya Allah, jika ada umur panjang dan sehat badan, akan bermain untuk persiraja terus," tutup Andrea. Semoga.


Top