Home »
feature
»
Dari Doitung Turun Ke Maheng
Dari Doitung Turun Ke Maheng
Posted by Sjechsyoh on Tuesday, 21 October 2008 |
feature
PERANGKAT Desa Maheng, Kecamatan Kuta Cot Glie, Kabupaten Aceh Besar, diboyong ke Doitung, Chiang Rai, Thailand untuk melihat bekas kawasan opium di sana. Maksudnya, agar desa pedalaman di kaki Seulawah itu bisa meniru, Doitung yang kini berkembang pesat.
Yayasan Sambinoe Aceh bersama Mae Fah Lung Foundation, Thailand selama ini menjadi pelopor dalam memaju Maheng untuk menjadi pusat agrowisata Aceh ke depan. Terobosan tersebut diharapkan mampu mengentaskan kemiskinan di kawasan tersebut.
Pengurus Yayasan Sambinoe, dr HM. Andalas dalam penyataan tertulisnya yang dikirim ke Waspada, Senin (20/11) dari Thailand menyebutkan pihaknya diundang yayasan milik Kerajaan Thailand itu untuk melihat langsung apa yang dilakukan Mae Fah Lung Foundation di Doitung, Chiang Rai, Thailand.
Kata dia, Yayasan Sambinoe bekerja sama dengan Mae Fah Lung, membina Maheng, desa pedalaman Aceh Besar, sebagai desa binaan karena ekonomi masyarakatnya tergolong sangat miskin tapi memiliki sumber daya alam yang cukup dan partisipasi masyarakat tinggi untuk memperbaiki kehidupan mereka.
Desa yang berjarak 11 kilometer dari jalan Banda Aceh-Medan atau sekira 40 kilometer dari pusat Kota Banda Aceh, saat ini dikembangkan peternakan kambing, kolam ikan dan pertanian di area seluas 290 hektare yang dikelola langsung oleh masyarakat setempat.
Menurut Andalas, untuk kelanjutan program ini, Mae Fah Lung sengaja mengajak beberapa lembaga di Aceh seperti Universitas Syiah Kuala, Dinas Kesehatan Aceh, Yayasan Sambinoe dan Keusyik, Sekretaris Desa dan Ketua Pemuda Lamcot, untuk melihat langsung kegiatan mereka di Doitung.
Kuncai, pengelola Mae Fah Lung, kata Andalas, optimis Maheng akan sukses dan berhasil setelah melihat apa yang mereka capai selama ini bersama masyarakat di daerah itu selama 6 bulan terakhir yang cukup fantastik dengan melibatkan seluruh unsur perangkat desa dan masyarakat.
Hal tersebut sangat mungkin terjadi di sana, kata Kuncai. Menurutnya, jangan melihat upaya kerja di Maheng dalam masa singkat ini, karena apa yang Mae Fah Lung perbuat di Doitung butuh waktu 20 tahun. Kuncai menjelaskan, di Doitung, mereka sudah bekerja lebih dari 20 tahun.
Kata dia, kawasan Doitung awalnya digunakan kelompok kartel opium dan dikenal luas dengan Golden Triangle, yaitu Thailand, Laos dan Myanmar. Saat ini, semua pohon opium telah diganti dengan tanaman pengganti yang bernilai tinggi.
"Sehingga sekitar 11. 000 penduduk Doitung sekarang telah dapat hidup dan menyekolahkan anaknya dan telah mempunyai harapan masa depan yang cukup menjanjikan. Ini yang kita harap akan terjadi di Maheng nanti," ungkap Kuncai yang diamini ketua Pemuda Lamcot Muhammad Nur.
Andalas menyebutkan, saat ini setiap minggu Doitung dikunjungi 2.000 turis lokal dan internasional yang ingin melihat proses perubahan fase opiate (obat yang mengandung madat) ke fase penanaman pohon multiguna. Mae Fah Lung Foundation telah berhasil mengubah kehidupan masyarakat Doitung dari menanam opium menjadi suatu daerah damai dan berpenghasilan tetap dengan berbagai multisektor kegiatan.
Dia mengatakan, proyek yang saat ini sedang berjalan di Maheng adalah penanaman padi irigasi, yang diselingi dengan penanaman kacang dan jagung, pengembangan ternak kambing, penanaman bunga anggrek dan pemeliharaan ikan.
"Semua hasil produk yang diperoleh nanti akan disumbang kembali ke masyarakat, ini yang membuat masyarakat sangat respek dan merasa memiliki kegiatan ini," kata Andalas.
Pengurus Yayasan Sambinoe itu menyebutkan, Mae Fah Lung senang bermitra kerja dengan yayasan dipimpin isteri Gubernur Aceh, Darwati A Gani ini karena punya misi dan visi sama dengan yayasan kerajaan Thailand, yaitu pengentasan kemiskinan, pendidikan dan pengoptimalan pelayanan kesehatan bagi masyarakat Aceh.
Di sela-sela kunjungannya di Doitung Chiang Rai Thailand, Rektor Unsyiah yang diwakili Pembantu Rektor bidang Kerjasama, Prof. Dr. Darusman M. Sc, merasa yakin kegiatan pengentasan kemiskinan di Maheng yang dikerjakan Sambinoe bersama Mae Fah Lung, akan menjadi pusat agrowisata Aceh dalam tiga tahun ke depan jika masyarakat benar-benar serius merespon kegiatan yang berjalan selama ini di sana.
Melihat itu, Darusman yakin proyek mereka di Banda Aceh dalam meningkatkan kejahteraan masyarakat Maheng, Indrapuri Aceh Besar akan sukses seperti yang ada di Doitung Chiang Rai Thailand. "Sambinoe sendiri akan melanjutkan kegiatannya di seluruh Aceh," timpal Andalas.
Top 5 Popular of The Week
-
RATUSAN pelajar di Banda Aceh mendapat kesempatan menyaksikan Film Rumah Tanpa Jendela. Mereka juga berdiskusi langsung dengan sutradara...
-
BANJIR kembali menjadi momok menakutkan di Aceh. Kali ini wilayah Pesisir Barat Selatan. Dampaknya seperti sudah kita maklumi bersama. Ta...
-
SPANDUK 'Welcome ISL" yang dipasang pendukung Persiraja Banda Aceh di tribun utara Stadion H Dimurthala raib. Sebelumnya, spand...
-
"HAI Apa Lambak, ho ka treb hana deueh-deueh, --hai, Apa Lambak kemana saja sudah lama tidak kelihatan," begitulah sapaan seorang ...
-
ITU kuburan Belanda," tunjuk Zulkifli, seorang penarik becak mesin kepada dua turis penumpangnya pagi itu. Jumat pagi kemarin, cuaca t...
No comments:
Post a Comment