Barisan Di Bawah Hujan
HUJAN menyirami Banda Aceh sebelum Ashar, pada Senin kemarin. Kata pepatah lama, hujan itu membawa berkah. Mereka yang datang di bawah hujan pertanda baik. Bukti alam menerima si tamu.
Begitu lakab kuno yang kian usang di telan zaman. Untuk menyambut tamu itulah, anak-anak sekolah terpaksa harus berhujan ria. Mereka mengibas-ngibas kertas dua warna. Basah nyaris kuyup.
"Presiden akan lewat di jalan ini. Anak-anak sekolah disuruh berbaris melambaikan bendera merah putih," kata seorang guru yang ikut mengawal puluhan siswa di jalan H Dimurthala. Persis depan stadion sepakbola milik Persiraja Banda Aceh.
Jalan itu memang dilalui rombongan mobil yang mengangkut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara. Dari hotel tempat dia bermalam, iring-iringin mobil RI-1 menembus jalan T Nyak Arief yang melempangkan jalannya ke lokasi acara.
Serangkainya kegiatan sudah dikemas dalam kunjungan selama dua hari di Aceh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kursi perdamaian dari Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf.
Presiden juga menyaksikan penyerahan secara simbolis kartu Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) kepada dua warga di Tibang yang diterima buruh bangunan dan ibu rumah tangga.
Lalu dia menanam secara simbolis pohon trembesi di Hutan Kota BNI kawasan Gampong Tibang, Kec Syiah Kuala. Tibang salah satu gampong yang hancur saat tsunami pada 26 Desember 2004.
SBY menghibahkan 125 ribu batang pohon trembesi untuk ditanam di sekujur Aceh. Aksi ini bagian dari program nasional menanam satu miliar pohon yang dimulainya di Jatiluhur.
Kemudian, pada Selasa (30/11) kepala negara membuka Jambore Nasional Wirakarya 2010 di Pegunungan Seulawah, Pidie. Kawasan yang hutannya kian gundul akibat rambahan warga sekitar.
Hujan dan Mahasiswa
Jalan SBY menuju Tibang selazimnya tidak begitu 'gampang'. Sebab, ratusan mahasiswa sudah menghadangnya di pintu jalan menuju lokasi acara.
Namun aksi mahasiswa ini, terganjal oleh pengamanan polisi yang melakukan bubar paksa pada mereka. Mahasiswa pun ngotot ingin menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Presiden.
Di Simpang Prada, Lingke yang jaraknya sepelemparan batu dari Markas Polisi Daerah Aceh, mahasiswa berorasi di bawah kawalan aparat. Hujan jatuh deras, sederas tuntutan mereka.
Orasi yang digalang Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh itu mengusung berbagai isu. Mulai dari isu nasional sampai masalah lokal.
Dalam tataran Aceh, KAMMI melihat secara politik SBY bersikap dingin terhadap syariat Islam. "SBY tak pernah memberi dukungannya terhadap implementasi syariat Islam di Aceh," sebut Muaz Munauwar.
Ketua KAMMI Aceh ini ingin juga SBY berkata jujur mengenai pendapatan dana Migas. Kata dia, hingga kini belum jelas berapa jumlah total pendapatan dana tersebut yang sebenarnya.
"Pembagian dana migas antara pusat dan daerah tidak transparan dan terkesan ditutup-tutupi," tukasnya sembari meminta pusat untuk mempercepat pembangunan Aceh di wilayah barat dan tengah dengan kucuran dana APBN.
Jika barisan KAMMI berkoar-koar dengan aman, lainya halnya dengan kelompok mahasiswa lain. Aksinya termasuk anarkis yang dimulai dari saling dorong antara petugas dan mahasiswa.
Aksi dorong, baku hantam, dan aksi saling lempar batu pun terjadi. Mereka memblokir jalan, mencabut sejumlah marka jalan, membakar dan puluhan ban bekas. Suasana rusuh serasa aksi saat reformasi 1998 lalu.
Dua unit mobil water canon polisi dikerahkan untuk mengusir para mahasiswa. Cara yang dilakukan oleh aparat kepolisian ternyata cukup ampuh.
SBY beserta rombongan pun berhasil melenggang tanpa tahu ada hadangan dari mahasiswa. Tak jauh beda dengan tuntuan yang pertama.
Barisan mahasiswa ini menuntut pemerintah agar tak menjual BUMN yang ada di Aceh seperti PT KKA dan AAF. Di saat aksi, hujan belum mau berhenti.
Seperti tak berhentinya kibasan kertas merah putih dari lambaian barisan seratusan anak-anak yang kuyup dibasahi hujan. Demi sebuah kunjungan, mereka pun berbasah-basahan.
Padahal harapan mereka mungkin cuma satu. Bisa belajar dengan nyaman. Lalu, bila datang lagi, jangan ikut membawa hujan, tapi berilah harapan. Semoga.
"Presiden akan lewat di jalan ini. Anak-anak sekolah disuruh berbaris melambaikan bendera merah putih," kata seorang guru yang ikut mengawal puluhan siswa di jalan H Dimurthala. Persis depan stadion sepakbola milik Persiraja Banda Aceh.
Jalan itu memang dilalui rombongan mobil yang mengangkut Presiden Susilo Bambang Yudhoyono dan Ibu Negara. Dari hotel tempat dia bermalam, iring-iringin mobil RI-1 menembus jalan T Nyak Arief yang melempangkan jalannya ke lokasi acara.
Serangkainya kegiatan sudah dikemas dalam kunjungan selama dua hari di Aceh. Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menerima kursi perdamaian dari Gubernur Aceh, Irwandi Yusuf.
Presiden juga menyaksikan penyerahan secara simbolis kartu Jaminan Kesehatan Aceh (JKA) kepada dua warga di Tibang yang diterima buruh bangunan dan ibu rumah tangga.
Lalu dia menanam secara simbolis pohon trembesi di Hutan Kota BNI kawasan Gampong Tibang, Kec Syiah Kuala. Tibang salah satu gampong yang hancur saat tsunami pada 26 Desember 2004.
SBY menghibahkan 125 ribu batang pohon trembesi untuk ditanam di sekujur Aceh. Aksi ini bagian dari program nasional menanam satu miliar pohon yang dimulainya di Jatiluhur.
Kemudian, pada Selasa (30/11) kepala negara membuka Jambore Nasional Wirakarya 2010 di Pegunungan Seulawah, Pidie. Kawasan yang hutannya kian gundul akibat rambahan warga sekitar.
Hujan dan Mahasiswa
Jalan SBY menuju Tibang selazimnya tidak begitu 'gampang'. Sebab, ratusan mahasiswa sudah menghadangnya di pintu jalan menuju lokasi acara.
Namun aksi mahasiswa ini, terganjal oleh pengamanan polisi yang melakukan bubar paksa pada mereka. Mahasiswa pun ngotot ingin menyampaikan aspirasinya secara langsung kepada Presiden.
Di Simpang Prada, Lingke yang jaraknya sepelemparan batu dari Markas Polisi Daerah Aceh, mahasiswa berorasi di bawah kawalan aparat. Hujan jatuh deras, sederas tuntutan mereka.
Orasi yang digalang Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia (KAMMI) Aceh itu mengusung berbagai isu. Mulai dari isu nasional sampai masalah lokal.
Dalam tataran Aceh, KAMMI melihat secara politik SBY bersikap dingin terhadap syariat Islam. "SBY tak pernah memberi dukungannya terhadap implementasi syariat Islam di Aceh," sebut Muaz Munauwar.
Ketua KAMMI Aceh ini ingin juga SBY berkata jujur mengenai pendapatan dana Migas. Kata dia, hingga kini belum jelas berapa jumlah total pendapatan dana tersebut yang sebenarnya.
"Pembagian dana migas antara pusat dan daerah tidak transparan dan terkesan ditutup-tutupi," tukasnya sembari meminta pusat untuk mempercepat pembangunan Aceh di wilayah barat dan tengah dengan kucuran dana APBN.
Jika barisan KAMMI berkoar-koar dengan aman, lainya halnya dengan kelompok mahasiswa lain. Aksinya termasuk anarkis yang dimulai dari saling dorong antara petugas dan mahasiswa.
Aksi dorong, baku hantam, dan aksi saling lempar batu pun terjadi. Mereka memblokir jalan, mencabut sejumlah marka jalan, membakar dan puluhan ban bekas. Suasana rusuh serasa aksi saat reformasi 1998 lalu.
Dua unit mobil water canon polisi dikerahkan untuk mengusir para mahasiswa. Cara yang dilakukan oleh aparat kepolisian ternyata cukup ampuh.
SBY beserta rombongan pun berhasil melenggang tanpa tahu ada hadangan dari mahasiswa. Tak jauh beda dengan tuntuan yang pertama.
Barisan mahasiswa ini menuntut pemerintah agar tak menjual BUMN yang ada di Aceh seperti PT KKA dan AAF. Di saat aksi, hujan belum mau berhenti.
Seperti tak berhentinya kibasan kertas merah putih dari lambaian barisan seratusan anak-anak yang kuyup dibasahi hujan. Demi sebuah kunjungan, mereka pun berbasah-basahan.
Padahal harapan mereka mungkin cuma satu. Bisa belajar dengan nyaman. Lalu, bila datang lagi, jangan ikut membawa hujan, tapi berilah harapan. Semoga.
Top 5 Popular of The Week
-
RATUSAN pelajar di Banda Aceh mendapat kesempatan menyaksikan Film Rumah Tanpa Jendela. Mereka juga berdiskusi langsung dengan sutradara...
-
BANJIR kembali menjadi momok menakutkan di Aceh. Kali ini wilayah Pesisir Barat Selatan. Dampaknya seperti sudah kita maklumi bersama. Ta...
-
SPANDUK 'Welcome ISL" yang dipasang pendukung Persiraja Banda Aceh di tribun utara Stadion H Dimurthala raib. Sebelumnya, spand...
-
"HAI Apa Lambak, ho ka treb hana deueh-deueh, --hai, Apa Lambak kemana saja sudah lama tidak kelihatan," begitulah sapaan seorang ...
-
ITU kuburan Belanda," tunjuk Zulkifli, seorang penarik becak mesin kepada dua turis penumpangnya pagi itu. Jumat pagi kemarin, cuaca t...
No comments:
Post a Comment