Namanya Martti Ahtisaari


Pria ini datang dari benua biru. Dalam lima tahun terakhir dia rajin bolak-balik ke Aceh. Pekan kemarin, dia kembali menginjak tanah Aceh untuk keempat kalinya. Dia juga memantau perkembangan perdamaian di kawasan itu.

Mantan Presiden Finlandia ini adalah perunding veteran yang telah memainkan peran utama dalam transaksi perdamaian di beberapa daerah di dunia, termasuk Aceh.

Ia memainkan peran yang sangat penting dalam perjanjian perdamaian 2005 antara Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka. Kesepakatan itu mengakhiri konflik tiga dekade di mana 15.000 orang tewas.

Peran-perannya dalam diplomasi dunia, dan terakhir sepak terjangnya mendamaikan Aceh, sudah membantu memenangkan Hadiah Nobel Perdamaian 2008.

Mantan Guru

Nama lengkapnya Martti Oiva Kalevi Ahtisaari. Dia lahir di Viipuri, Finlandia (kini Vyborg, Rusia) pada 23 Juni 1937. Sekarang umur 73 tahun. Sudah tergolong uzur memang.

Ahtisaari dilatih sebagai guru sekolah dasar sebelum bergabung dengan Kementerian Luar Negeri Finlandia pada tahun 1965.

Dia menghabiskan 20 tahun di luar negeri, pertama sebagai duta besar untuk Tanzania dan kemudian ke PBB di New York. Dia juga memainkan peran penting dalam negosiasi yang menyebabkan kemerdekaan Namibia dari kekuasaan Afrika Selatan pada 1990.

Bicara masalah prestasinya yang membanggakan, dalam sebuah moment dia mengatakan itu adalah "benar-benar yang paling penting karena membutuhkan waktu yang lama".

Kiprah diplomat ini berlanjut. Pada 1993, ia diangkat sebagai penasihat khusus tahun Sekjen PBB di bekas Yugoslavia, tetapi kemudian terpilih sebagai presiden Finlandia pada tiket demokrat sosial.

Bertindak untuk Uni Eropa, pada tahun 1999 Ahtisaari membantu membujuk Presiden Yugoslavia Slobodan Milosevic untuk menerima syarat NATO untuk mengakhiri perang di Kosovo.

Lalu, dia memutuskan mengundurkan diri dari politik Finlandia pada 2000, mendirikan Crisis Management Initiative yang bekerja untuk mempromosikan perdamaian dan resolusi krisis. Ia Ketua Dewan di sana.

Pada tahun 2000, ia menyusun laporan mengenai hak asasi manusia dan situasi politik di Austria setelah masuk Kebebasan kanan-jauh Partai ke dalam pemerintahan koalisi.

Tahun berikutnya, ia menjabat sebagai inspektur senjata independen di Irlandia Utara. Dia sudah mempertahankan hubungan yang kuat dengan PBB, menuju penyelidikan keamanan setelah serangan bom mobil yang menghancurkan markas Baghdad pada bulan Agustus 2003.

Pada tahun 2005, ia kembali kembali ke sorotan internasional ketika ia mengadakan pembicaraan antara pemerintah Indonesia dan Gerakan Aceh Merdeka, yang akhirnya menandatangani kesepakatan damai untuk mengakhiri pemberontakan 30 tahun.

Pada tahun yang sama, ia memimpin upaya mediasi intens untuk meraih kesepakatan bersama antara Serbia dan Kosovo, meskipun mendorong gagal setelah Pristina secara sepihak menyatakan kemerdekaan.

Ke Konflik Aceh

Pertama kali, ia diminta untuk menengahi konflik Aceh pada Februari 2004. Setidaknya membutuhkan sekitar delapan bulan untuk menyelesaikan naskah kesepahaman Helsinki dan ia tampil sebagai aktor utama di balik penandatanganan perjanjian damai antara GAM dan pemerintah Indonesia pada 15 Agustus 2005.

Atas perannya itu, Presiden Susilo Bambang Yudhoyono menganugerahkan Bintang Republik Indonesia Utama pada 18 Agustus 2006 di Istana Merdeka, Jakarta.

Pekan kemarin dia kembali menyambangi Aceh. Kata sumber yang dekat dengannya, itu adalah kunjungan tahunan untuk memonitor Aceh sejak perdamaian dijalin. Ayah Marko Ahtisaari itu berada di Aceh beberapa hari.

"Tugas Ahtisaari belum selesai. Sebagai penerima hadiah nobel, dia harus terus memantau perkembangan Aceh. Apalagi masih ada kesepakatan yang belum diterapkan dengan baik," ujar Irwansyah, Juru bicara Komite Peralihan Aceh (KPA) kepada Waspada, Kamis (18/11).

Karena itu dia mengingatkan banyak poin-poin yang masih harus dituntaskan pemerintah. "Kami sudah serahkan draf-draf tersebut kepada Martti dan pemerintah Indonesia untuk kembali dibahas," sebut dia.

Sedang Wakil Ketua DPR Aceh, Drs H Sulaiman Abda ketika diminta tanggapannya melihat, Presiden Finlandia ke-10 itu sosok yang tegas dan bijaksana.

"Berkat doa-doa masyarakat dan serta kerja keras Ahtisaari, Aceh bisa menikmati perdamaian. Masyarakat bisa beraktivitas dalam berbagai sektor tanpa dicekam rasa takut," ujar dia.

"Atas semua kiprahnya selama, kita patut mengucapkan terima kasih." [dbs]


2 comments:

rendy said...

kok malah dari luar negeri yang peduli yah...wakil rakyat kita mana?

munawardismail said...

hehehehe, begitu negeri ini...


Top